Tren atau arah inflasi di Indonesia yang semakin melandai, membuat BI tidak lagi perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan secara agresif, sehingga ruang lingkup pertumbuhan ekonomi dapat diperluas. Bank sentral diharapkan hanya menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) mulai Desember mendatang setelah tiga bulan berturut-turut sebelum setiap kenaikan 50 basis poin.
Realisasi inflasi November 2022 berdasarkan konsensus pasar 5,50% (yoy) tidak lepas dari dukungan inflasi bahan pangan yang terkendal. Mengenai upaya pengndalian ekstra (extra work), drai berbagai pihak yang terkait telah membuat inflasi volatile food (VF) turun dari 7,19% pada Oktober 2022 menjadi 5,7% pada November 2022, padahal disatu sisi administered prices (AP) masih tinggi di level 13,01% pada November 2022. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) soal Perkem?bangan Indeks Harga Konsumen (IHK) November 2022. Secara tahunan (y-on-y), terjadi inflasi sebesar 5,42%. Sementara secara bulanan (m-to-m), terjadi inflasi sebesar 0,09%.
Penyumbang utama inflasi tahunan di antaranya adalah komoditas bensin, bahan bakar rumah tangga, dan tarif angkutan udara dengan andil masing-masing sebesar 1,15%;0,31%; dan 0,30%. Penyumbang utama inflasi bulanan di antaranya adalah komoditas telur ayam ras, rokok kretek filter, dan tomat dengan andil masing-masing sebesar 0,02%. Komoditas cabai merah dan cabai rawit memberikan andil deflasi (m-to-m) masingmasing sebesar 0,08% dan 0,03%.
Link Social Media AEI:
https://bit.ly/m/AsosiasiEmitenIndonesia
#asosiasiemitenindonesia #aeinews #aei #emitennews #bursasahamindonesia #emiten #newsupdate #infosaham #kinerjaemiten #sahamretail #inflasi #hiperinflasi #indonesia #hiperinflasiindonesia
Author: Asosiasi Emiten IndonesiaS